Es Krim ala Turki di ANF 2013 -Apa yang ada di benak Anda jika mendengar kata Es krim? Manis, lembut, lumer di mulut, dan sensasi dingin yang menyegarkan tenggorokan. Kudapan ringan yang pas bagi semua umur dan kalangan, kini hadir di Arabian Night Foodfest 2013 (ANF) yang digelar di La Piazza Kelapa Gading, Jakarta pada 12 hingga 28 Juli 2013.
Karena tahun ini kuliner ala timur tengah yang diangkat adalah kuliner Turki, maka pihak pengelola festival ini menyuguhkan Es Krim khas Turki sebagai menu andalan. Tentunya, ada yang berbeda dari Es krim asal Turki ini.
"Es krim lain berbahan dasar air, tapi es krim ini berbahan dasar susu, sehingga tidak cepat lumer. Di Turki, es krim di campur dari susu kambing dan susu sapi," kata Serdal, pemilik Es krim Turki Zahra kepada Tempo saat ditemui pada Jumat, 12 Juli 2013.
Serdal, pria asal Turki berusia 38 tahun, memulai berbisnis es krim khas Turki di Indonesia sejak akhir tahun 2012. Awal mula, ia terinspirasi berbisnis es krim karena ingin membuat putri kecilnya, Zahra, tersenyum. Maka, hal yang terpikir olehnya adalah membuat es krim dan menamai kedai es krimnya Zahra. Serdal lalu memulai bisnis es krimnya di kawasan Asia Tenggara, yakni di Thailand pada tahun 2009. Ia kemudian melirik Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan dan mulai berbisnis bersama tiga orang rekannya tahun lalu.
Berbeda dengan es krim umumnya yang cepat lumer, Es krim Zahra buatan Serdal lebih padat dan lengket. Rupanya, ia menambahkan bahan khusus bernama Salep pada racikan es krimnya. "Kita pakai bahan dari Turki namanya Salep, bubuk bunga anggrek. Bubuk ini terbuat dari akar anggrek yang dikeringkan lalu ditumbuk menjadi bubuk. Fungsi bubuk ini jika ditambahkan pada adonan akan membuat es krim lebih keras dan lengket, sehingga tidak cepat meleleh," jelas Serdal.
Keistimewaan es krim khas Turki ini tak hanya dari segi bahan, tapi juga teknik menjual. Para pembeli akan disuguhi atraksi menarik dari pengracik es krim. Mula-mula, pembeli akan ditawari rasa es krim yang akan dipilihnya. Terdapat 18 macam rasa es krim dari mulai cokelat, vanilla, hingga strawberry. Menggunakan tongkat besi seukurang satu meter, es krim diracik sedemikian rupa di ujung cone. Tak lupa, sang peracik melakukan atraksi membolak-balik ujung cone es krim. Karena es krim khas Turki ini padat, maka tidak tumpah ataupun meleleh saat diracik. Sesaat menyuguhkan es krim kepada pembeli, sang peracik akan menggoda pembeli dengan menyodorkan es krim ke mulut pembeli. Entah geli atau juga gemas, sontak pembeli banyak yang tertawa dibuatnya.
"Semua orang suka es krim, tapi dengan cara ini kita bisa berinteraksi dengan orang asing dan membuat mereka senang. Kami ingin mengajak pelanggan kita untuk kembali ke masa kecil mereka. Setiap kali Anda mencicipi es krim, itu akan membuat anda kembali ke masa kecil Anda," kata Serdal menjelaskan trik menjual es krimnya yang unik.
Pria kelahiran Swiss ini mengatakan bahwa memang demikian gaya menjual es krim di Turki. Bahkan, setiap peracik es krim memiliki gaya tersendiri. Contoh kecil adalah gaya singa yang dimiliki oleh Aslan, peracik es krim di kedai Zahra milik Serdal. Gaya itu perlu dipelajari agar mahir dan dapat menghibur pembeli. Tak mahal, satu contong es krim ala Turki Zahra dibandrol dengan harga Rp 25 ribu. Tak hanya rasanya yang enak dan creamy, pembeli juga merasa senang dan kembali menjadi anak kecil yang girang memakan es krim. "Aku telah beberapa kali berbisnis, tapi tidak bahagia. Akan tetapi, bisnis es krim ini membuat orang senang, ada senyuman di pelanggan saya," imbuh Serdal sambil tersenyum.
(Ramadhan Tahun 2013)
Karena tahun ini kuliner ala timur tengah yang diangkat adalah kuliner Turki, maka pihak pengelola festival ini menyuguhkan Es Krim khas Turki sebagai menu andalan. Tentunya, ada yang berbeda dari Es krim asal Turki ini.
"Es krim lain berbahan dasar air, tapi es krim ini berbahan dasar susu, sehingga tidak cepat lumer. Di Turki, es krim di campur dari susu kambing dan susu sapi," kata Serdal, pemilik Es krim Turki Zahra kepada Tempo saat ditemui pada Jumat, 12 Juli 2013.
Serdal, pria asal Turki berusia 38 tahun, memulai berbisnis es krim khas Turki di Indonesia sejak akhir tahun 2012. Awal mula, ia terinspirasi berbisnis es krim karena ingin membuat putri kecilnya, Zahra, tersenyum. Maka, hal yang terpikir olehnya adalah membuat es krim dan menamai kedai es krimnya Zahra. Serdal lalu memulai bisnis es krimnya di kawasan Asia Tenggara, yakni di Thailand pada tahun 2009. Ia kemudian melirik Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan dan mulai berbisnis bersama tiga orang rekannya tahun lalu.
Berbeda dengan es krim umumnya yang cepat lumer, Es krim Zahra buatan Serdal lebih padat dan lengket. Rupanya, ia menambahkan bahan khusus bernama Salep pada racikan es krimnya. "Kita pakai bahan dari Turki namanya Salep, bubuk bunga anggrek. Bubuk ini terbuat dari akar anggrek yang dikeringkan lalu ditumbuk menjadi bubuk. Fungsi bubuk ini jika ditambahkan pada adonan akan membuat es krim lebih keras dan lengket, sehingga tidak cepat meleleh," jelas Serdal.
Keistimewaan es krim khas Turki ini tak hanya dari segi bahan, tapi juga teknik menjual. Para pembeli akan disuguhi atraksi menarik dari pengracik es krim. Mula-mula, pembeli akan ditawari rasa es krim yang akan dipilihnya. Terdapat 18 macam rasa es krim dari mulai cokelat, vanilla, hingga strawberry. Menggunakan tongkat besi seukurang satu meter, es krim diracik sedemikian rupa di ujung cone. Tak lupa, sang peracik melakukan atraksi membolak-balik ujung cone es krim. Karena es krim khas Turki ini padat, maka tidak tumpah ataupun meleleh saat diracik. Sesaat menyuguhkan es krim kepada pembeli, sang peracik akan menggoda pembeli dengan menyodorkan es krim ke mulut pembeli. Entah geli atau juga gemas, sontak pembeli banyak yang tertawa dibuatnya.
"Semua orang suka es krim, tapi dengan cara ini kita bisa berinteraksi dengan orang asing dan membuat mereka senang. Kami ingin mengajak pelanggan kita untuk kembali ke masa kecil mereka. Setiap kali Anda mencicipi es krim, itu akan membuat anda kembali ke masa kecil Anda," kata Serdal menjelaskan trik menjual es krimnya yang unik.
Pria kelahiran Swiss ini mengatakan bahwa memang demikian gaya menjual es krim di Turki. Bahkan, setiap peracik es krim memiliki gaya tersendiri. Contoh kecil adalah gaya singa yang dimiliki oleh Aslan, peracik es krim di kedai Zahra milik Serdal. Gaya itu perlu dipelajari agar mahir dan dapat menghibur pembeli. Tak mahal, satu contong es krim ala Turki Zahra dibandrol dengan harga Rp 25 ribu. Tak hanya rasanya yang enak dan creamy, pembeli juga merasa senang dan kembali menjadi anak kecil yang girang memakan es krim. "Aku telah beberapa kali berbisnis, tapi tidak bahagia. Akan tetapi, bisnis es krim ini membuat orang senang, ada senyuman di pelanggan saya," imbuh Serdal sambil tersenyum.
(Ramadhan Tahun 2013)
Posting Komentar